Cerita Dusun Anggrek dan Kesuksesan Pertanian Cabai Bang Mamat - LP2M IAIN PONTIANAK

Cerita Dusun Anggrek dan Kesuksesan Pertanian Cabai Bang Mamat

Cerita Dusun Anggrek dan Kesuksesan Pertanian Cabai Bang Mamat

 


Kalimas (lp2m.iainptk.ac.id) 8 Agustus 2024 – Dusun Anggrek, sebuah dusun di Desa Kalimas, dikenal sebagai salah satu desa yang berhasil dalam bidang pertanian. Salah satu warga yang patut diacungi jempol adalah Bang Mamat, seorang petani yang sukses bercocok tanam, khususnya dalam budidaya cabai. Sebelum beralih ke cabai, Bang Mamat sebelumnya menanam mentimun dengan hasil yang sangat memuaskan. Kali ini, ia mencoba peruntungannya dengan menanam cabai di beberapa lahan kosong yang memiliki kondisi tanah yang subur.

Dalam kunjungan kami kali ini, terlihat sekitar 8 ladang yang telah disiapkan Bang Mamat untuk menanam cabai. Cabai yang dihasilkan dari ladang-ladang ini nantinya akan dipasarkan langsung kepada konsumen sesuai dengan kebutuhan mereka. Harga jual yang ditawarkan oleh Bang Mamat adalah Rp 32.000/kg, harga yang jauh lebih murah dibandingkan harga cabai di pasaran yang bisa mencapai Rp 45.000/kg. Harga yang lebih terjangkau ini tidak hanya membantu konsumen, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi Bang Mamat.

Usaha Bang Mamat dalam bercocok tanam cabai ini memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal, terutama bagi warga yang membutuhkan cabai dalam jumlah besar untuk dijual kembali di pasar atau toko. Keberhasilan ini tidak hanya mendukung perekonomian keluarganya, tetapi juga menguntungkan konsumen yang dapat membeli cabai dengan harga lebih murah.

Selain cabai, Dusun Anggrek juga dikenal dengan produksi kelapa dan pinang. Warga setempat mengolah kelapa dengan cara mengeringkan isinya, atau menjualnya dalam keadaan utuh. Namun, produksi buah pinang di Dusun Anggrek mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun-tahun sebelumnya, banyak warga yang bergantung pada produksi dan penjualan buah pinang sebagai sumber pendapatan. Namun, seiring dengan penurunan harga jual pinang dari Rp 10.000/kg menjadi hanya Rp 3.000/kg, banyak warga yang tidak lagi fokus pada produksi buah ini karena dianggap tidak menguntungkan.

Proses pengolahan buah pinang yang memakan waktu, seperti pengupasan dan pengeringan, juga menjadi faktor yang membuat warga enggan untuk terus memproduksi buah pinang. Dengan harga yang semakin murah dan proses pengolahan yang lama, buah pinang tidak lagi menjadi tumpuan pendapatan bagi warga Dusun Anggrek.


Penulis : Syaifullah Alivia



EmoticonEmoticon

Ad Placement

Formulir Kontak