Sintang (lp2m.iainptk.ac.id) - Pada tahun 2029, kebun kolektif yang berada di tanah milik bersama di Desa Senirak telah menjadi contoh sukses bagi para petani lokal. Kebun ini telah ada selama lima tahun dan terus berkembang, meskipun tanahnya bukan milik pribadi. Kebun ini diperbolehkan selama tidak ada bangunan permanen yang didirikan di atasnya.
Kebun ini ditanami berbagai sayuran, dengan sawi menjadi salah satu komoditas utamanya. Sawi-sawi ini dipanen oleh tengkulak dalam jumlah besar. Setiap gulung sawi dapat mencapai berat hingga 15 kg, dan tengkulak membeli sawi tersebut dengan harga 6.000 IDR per kg. Proses panen sawi dilakukan dengan penuh koordinasi antara petani dan tengkulak. Sebelum panen, petani selalu mengabari tengkulak untuk memastikan hasil panen sesuai dengan permintaan dan kebutuhan pasar.
Tanah tempat kebun ini berdiri dimiliki oleh lebih dari satu orang, memungkinkan banyak petani untuk menumpang dan mengolah lahan tersebut. Sistem ini memberikan keuntungan bagi semua pihak yang terlibat. Para petani mendapatkan tempat untuk bercocok tanam tanpa harus memiliki tanah sendiri, sementara pemilik tanah memperoleh keuntungan dari hasil panen tanpa harus terlibat langsung dalam proses pertanian.
Salah satu petani, Ahmad, mengungkapkan, "Sistem ini sangat membantu kami yang tidak memiliki tanah sendiri. Kami bisa menanam dan mendapatkan penghasilan tanpa harus khawatir tentang kepemilikan tanah."
Keberadaan kebun kolektif ini juga berdampak positif bagi ekonomi lokal, karena hasil panen yang melimpah menarik tengkulak dari berbagai daerah untuk datang dan membeli langsung dari petani.
Dengan sistem yang sudah berjalan dengan baik selama lima tahun ini, kebun kolektif di Desa Senirak menjadi model bagi daerah lain yang ingin mengoptimalkan penggunaan lahan bersama. Keberhasilan ini juga menunjukkan bahwa kerja sama dan koordinasi antara petani dan tengkulak dapat menghasilkan keuntungan yang signifikan bagi semua pihak. Diharapkan sistem ini dapat terus berkembang dan memberikan manfaat bagi lebih banyak petani di masa depan.
Penulis : Siti Farida
