%20-%20Aksya%20Ridhavi.jpeg)
Desa Kalimas (lp2m.iainptk.ac.id) — Masyarakat Dusun Anggrek menggelar tradisi “Beruahan” di rumah salah satu warga dengan mengundang seluruh Mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak, Rabu malam, 23 Juli 2025.
Kegiatan yang diawali usai salat Isya berjamaah ini berisi doa bersama atau tahlilan, kemudian diakhiri dengan makan bersama yang unik—tidak menggunakan sistem prasmanan, melainkan makan dalam satu nampan secara berkelompok, yang dikenal dengan sebutan saprahan.
Berbeda dari kebiasaan umum, masyarakat Kalimas memiliki tata cara tersendiri dalam menyajikan hidangan. Makan dilakukan secara bergiliran untuk menjaga keteraturan dan menghormati tamu. “Di sini, kalau sudah selesai makan, harus langsung keluar dari rumah agar yang lain bisa masuk dan gantian makan. Karena kami tidak menggunakan prasmanan, tapi makan bareng dalam satu nampan, seperti saprahan,” ungkap Wak Doyok, salah satu warga.
Tradisi “Beruahan” tidak hanya menjadi sarana mendoakan keluarga yang telah wafat, tetapi juga mempererat hubungan sosial antarwarga. Duduk bersama dalam lingkaran kecil dan berbagi hidangan dari satu nampan mencerminkan nilai egaliter dan kebersamaan yang masih kuat dijaga oleh masyarakat Kalimas.
Mahasiswa KKL 43 IAIN Pontianak yang turut hadir dalam acara ini merasakan langsung kekayaan budaya lokal tersebut. Mereka ikut duduk bersama warga, menikmati hidangan khas desa, dan menyaksikan bagaimana tradisi turun-temurun ini menjadi bagian penting dari identitas masyarakat Kalimas.
Penulis : AKSYA RIDHAVI
EmoticonEmoticon