Sholawat di Desa Punggur Kecil: Harmoni Ibadah dan Budaya yang Terus Hidup - LP2M IAIN PONTIANAK

Sholawat di Desa Punggur Kecil: Harmoni Ibadah dan Budaya yang Terus Hidup

Sholawat di Desa Punggur Kecil: Harmoni Ibadah dan Budaya yang Terus Hidup


Punggur Kecil (lp2m.iainptk.ac.id) - Pada Senin, 29 Juli 2024, mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan (KKL) kelompok 18 dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak ikut serta meramaikan tradisi sholawat yang dilaksanakan setiap malam Selasa di Desa Punggur Kecil, Jalan Perintis Baru, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Tradisi sholawat ini telah menjadi bagian penting dari budaya masyarakat setempat.

Sholawat adalah tradisi yang telah mengakar kuat dalam budaya masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan umat Islam. Tradisi ini merupakan bentuk pujian dan doa yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, biasanya dilantunkan dengan iringan musik atau secara lisan dalam berbagai acara keagamaan maupun sosial. Dalam Islam, melantunkan sholawat merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan sebagai bentuk cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW.

Di berbagai daerah Indonesia, tradisi sholawat memiliki ciri khas tersendiri, sesuai dengan budaya lokal masing-masing. Di Desa Punggur Kecil, misalnya, tradisi sholawat dilantunkan dengan iringan musik rebana. 

Menurut Ridwan, salah satu warga yang aktif mengikuti tradisi ini, tradisi sholawat di desa ini awalnya hanya melantunkan Sholawat Nariyah, yang pertama kali dipimpin oleh Habib Abdul Muthalib, putra dari Habib Ali Al-Haddad, di kediaman ayahnya. Seiring berjalannya waktu, tradisi ini berkembang dan masyarakat tidak hanya melantunkan Sholawat Nariyah, tetapi juga Sholawat Mahallul Qiyam atau Ya Nabi Salaam ‘Alaika dengan iringan rebana. Tradisi ini telah berlangsung selama 30 tahun hingga saat ini.

"Mulanya, tradisi sholawatan ini hanya membaca Sholawat Nariyah, yang pertama kali dibawa oleh Habib Abdul Muthalib, putra dari Habib Ali Al-Haddad. Beliau mengajar di sekolah Miftahul Ulum 2 ini. Kemudian, beliau mengajak masyarakat di sini untuk membaca Sholawat Nariyah bersama-sama sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah dan Rasul-Nya," jelas Ridwan.

Tradisi sholawat ini sempat terhenti, namun kembali dihidupkan oleh Ustad Musleh, seorang tokoh agama di Desa Perintis Baru. Dengan kepemimpinan dan komitmennya, Ustad Musleh berhasil menggerakkan masyarakat untuk kembali menjadikan sholawat sebagai bagian integral dari kehidupan mereka.

"Sebelumnya sempat diubah beberapa kali, dari sholawat Asyraqal bersinji, tahlil, dan sempat berhenti karena tidak ada penerusnya. Tapi kemudian datang Ustad Musleh yang kembali memimpin tradisi sholawat ini hingga saat ini," tambah Ridwan.

Nur Hasanah, tuan rumah yang menggelar acara sholawatan, menjelaskan bahwa selain untuk mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad SAW, pelaksanaan tradisi ini juga bertujuan untuk mempererat silaturrahmi antar sesama masyarakat. Acara ini dihadiri oleh 90 hingga 100 orang.

"Awalnya, kegiatan sholawat malam Selasa ini di musholla, tidak ramai yang datang, hanya beberapa orang. Hingga akhirnya mereka tertarik dengan sholawat. Itulah kekuatan sholawat, semua ikut dan ramai hingga mencapai 90 orang, kadang lebih dari seratus orang," ujar Hasanah.

"Tujuannya adalah untuk mempererat silaturahmi. Dengan adanya sholawat, kita bisa mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad SAW. Ini juga merupakan kegiatan positif bagi anak-anak, dan dengan adanya tradisi sholawatan ini, kampung terasa lebih aman dan berkah," lanjutnya.

Ridwan juga menyampaikan bahwa tradisi sholawatan ini membawa banyak manfaat, salah satunya adalah ketenangan jiwa. "Banyak manfaat yang bisa saya dapatkan dari sholawatan ini. Di antaranya adalah ketenangan jiwa bagi saya sendiri. Selain itu, Alhamdulillah rejeki lancar terus berkah dari sholawat," ujarnya.

Penulis : Qudsiyah


1 komentar


EmoticonEmoticon

Ad Placement

Formulir Kontak