%20-%20Muhammad%20Aidil.jpg)
Selakau Tua (lp2m.iainptk.ac.id) 24 Agustus 2024 – Mahasiswa Kuliah Kerja Lapangan (KKL) kelompok 40 dari IAIN Pontianak kembali menunjukkan kreativitas mereka dengan mengolah sayur miding, tanaman liar yang sering dianggap gulma, menjadi hidangan khas Sambas, yaitu bubur pedas. Acara ini berlangsung di Selakau Tua, Kecamatan Selakau Timur, Kabupaten Sambas, pada Jumat (24/08/2024).
Proses pembuatan bubur pedas ini tidak hanya sekadar kegiatan memasak biasa, tetapi juga menjadi ajang pembelajaran yang menyenangkan. Kegiatan dimulai dengan pencabutan sayur miding di sekitar lokasi KKL, di mana para mahasiswa bekerja sama membersihkan dan memilah sayur yang berkualitas.
Tsara, salah satu anggota kelompok 40 KKL Selakau Tua, mengungkapkan rasa antusiasnya terhadap pengalaman ini, “Ini merupakan hal yang baru bagi saya, karena kalau tidak adanya kegiatan ini mungkin saya tidak bakal mengerti cara mengolah sayur miding yang telah diambil,” ujarnya.
Setelah sayur miding terkumpul, mahasiswa KKL mulai mengolahnya dengan membersihkan dan memotong sayur tersebut sesuai ukuran yang diinginkan. Kemudian, mereka menumis bumbu halus yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai, dan berbagai rempah hingga harum semerbak. Widiya, anggota KKL kelompok 40 yang dikenal dengan keahliannya dalam memasak, menjelaskan, "Kami mencoba membuat bumbu yang pas agar cita rasa bubur pedas ini benar-benar nikmat."
Tahap berikutnya adalah merebus beras hingga menjadi bubur yang lembut. Setelah bubur matang, tumisan bumbu dimasukkan ke dalamnya bersama dengan sayur miding. Proses memasak dilanjutkan hingga semua bahan tercampur rata dan bumbu meresap sempurna.
Sebagai sentuhan akhir, berbagai topping seperti kerupuk, bawang goreng, dan sambal ditambahkan untuk memperkaya cita rasa. Bubur pedas buatan mereka pun siap disajikan dan dinikmati bersama warga desa. Sisu, salah satu warga yang ikut dalam proses pembuatan, mengapresiasi hasil masakan para mahasiswa, “Bubur pedas yang dibuat sangat kental dan pas di lidah kita yang mencicipinya,” ujarnya.
Acara ini tidak hanya mempererat hubungan antara mahasiswa dan warga, tetapi juga menjadi sarana pelestarian kuliner tradisional Sambas, dengan inovasi yang memanfaatkan bahan-bahan lokal.
Penulis : Muhammad Aidil
EmoticonEmoticon