Kebakaran Hutan di Kecamatan Sungai Kakap: Mandok Diduga Jadi Penyebab Utama - LP2M IAIN PONTIANAK

Kebakaran Hutan di Kecamatan Sungai Kakap: Mandok Diduga Jadi Penyebab Utama

Kebakaran Hutan di Kecamatan Sungai Kakap: Mandok Diduga Jadi Penyebab Utama


Kubu Raya (lp2m.iainptk.ac.id) – Rabu, 31 Juli 2024 pukul 13.30 WIB terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Desa Punggur Kecil, Parit Rintis Baru, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Menurut informasi dari tim yang turun ke lokasi kejadian, sumber api tidak diketahui berasal dari mana.

Proses pemadaman api di sejumlah titik dilakukan oleh tim gabungan dari BPBD Sungai Kakap, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), KAPOLDA Sungai Kakap, DAMKAR Punggur Kecil, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), TNI, dan MPA (Masyarakat Peduli Api). 

“Ada 3 penyebab utama dari terjadinya kebakaran lahan, yaitu; gesekan dari dedauan kering, puntung rokok dari para pemancing, dan mandok. Jadi, kami dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) fokus membasahi tanah-tanah di sekitar area yang akan dilewati api, untuk mencegah penyebaran api yang menjalar ke dalam tanah” ujar salah satu orang dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Diar.

Diar mengatakan jika kebakaran sudah tedeteksi pada pukul 08.00  WIB namun berbentuk asap-asap kecil, kemudian pemadaman dilakukan pada pukul 13.30 WIB setelah ditemukan titik api sebenarnya. Setelah diobservasi kemungkinan terjadinya kebakaran lahan ada 3, yaitu; gesekan dari daun-daun yang kering, puntung rokok dari para pemancing, dan mandok. 

Mandok merupakan sebuah kegiatan berkebun yang umumnya dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Sungai Kakap yaitu sebuah kegiatan membakar dari sisa hasil berkebun seperti rumput, ranting, dan sampah-sampah lainnya. Dari ketiga faktor penyebab kebakaran lahan diatas mandok merupakan hal yang paling memungkinkan menjadi sebab kebakaran lahan tersebut, api dari aktivitas mandok yang tidak dijaga atau diawasi menyebar luas hingga menjadi kebakaran lahan yang cukup besar sampai menyentuh angka 4-5 hektare. 

Hal itu diperkuat oleh adanya 3-4 titik api utama yang tersebar di pinggir lahan perkebunan dan juga adanya jalur jalan setapak di lahan perkebunan tersebut. Proses pemadaman api berlangsung sekitar 4 jam pemadaman, pada aktivitas pemadaman ada beberapa faktor yang menjadi penghambat proses pemadaman salah satunya adalah sumber air yang susah dijangkau.

“Sumber air yang sulit dijangkau menjadi tantangan utama dalam proses pemadaman api, pada awal terdeteksinya kebakaran di pukul 13.00 WIB kondisi sungai masih surut sehingga memaksa tim pemadam untuk menunda proses pemadaman tersebut. Kemudian struktur tanah gambut juga menjadi tantangan tersendiri bagi petugas pemadam kebakran, kadang api yang tampaknya sudah padam namun didalam tanah masih terdapat bara api sampai 1 meter kebawah” ujarnya.

Pada proses awal pemadaman kondisi sungai atau parit masih surut sihingga menyulitkan para petugas untuk memadamkan api, air yang disedot menggunakan mesin adalah campuran air dengan lumpur yang akhirnya memaksa para petugas untuk menunda proses pemadaman. Pada umumnya kebakaran yang terjadi di struktur tanah gambut adalah Above Ground Fire, yaitu kebakaran yang terjadi tidak hanya pada permukaan tanah namun sampai pada dalam tanah dikedalaman 1 meter kebawah. 

Penulis : Rizky dan Husein



EmoticonEmoticon

Ad Placement

Formulir Kontak